Bukan Hanya Satu Wajah
Improve from Klenting Kuning’s Story
Daun-daun bersuara serak memadu malam yang gelap menjadi ramai dengan derak alam. Saat itulah angin mengabari padanya. Telah hilang wanita yang bertahta mahkota yang menjadi satu satunya cinta milik seorang pangeran. Malam kembali mengiris sedikit waktu agar matahari tak lama sembunyikan dirinya. Cerita di mulai dari angin.......
Sudah dua malam ini angin begitu ganas menerpa tanah. Daun-daun muda yang baru menghirup cahaya matahari seperkian detik telah di takdirkan gugur. Memberi keindahan di polosnya ganas angin. Sepasang mata yang sedari tadi selalu mengikuti angin itu menemukan seseorang terombang ambing dalam hiruk pikuk malam. Ia pun menunggu dengan sabar agar angin tak menggerus tubuhnya juga. Tapi malam tak kasih satu kesempatan pun pada dirinya untuk menolong tubuh yang semakin hilang dan kabur dalam gelap itu. Mata itu menatap langit dan mungucap do’a untuk keselamatannya.
* * * * * * * * *
Dumala memandang latar yang tak lagi rapi seperti kemarin. Semua hancur terkoyak kejamnya angin pada bumi. “ Untung anakku tak melihat ini semua ,” pikirnya. Setelah beberapa menit terdiam, pikirannya melayang kepada sosok yang kemarin telah membuatnya terenyuh untuk mendo’akannya. Matanya berputar mencari hal yang tak biasa yang ada di sekitarnya. Kemudian matanya terhenti tepat di balik semak-semak belukar yang tajam. Terpapar sesook wanita putih yang cantiknya tak bisa terkira. Tapi darah mengalir dari luka dikakinya tergores tajamnya belukar. Dumala tak tega memandangnya, ia memapah perempuan itu. “ Jika ini adalah anakku yang menghilang sungguh miris hatiku melihat keadaannya kini?”
Tapi, Dumala berhenti. Kepalanya berpikir macam-macam. “Apa yang akan aku llakukan padanya?” Dan hanya ada satu, sungguh Dumala tidak ingin mengambil keputusan seperti ini. Tapi hanya inilah yang bisa dilakukannya. Demi anak-anaknya juga.
* * * * * * * * *
“Klenting kuning!!!!!” Teriak Klenting Merah.
Klenting Kuning yang hendak pergi ke hutan segera berlari kembali ke dalam rumahnya. Keringatnya yang mengalir deras membuatnya terlihat legam. Tapi dia tetap berlari.
“Iya, Kak,” jawab Klenting Kuning.
Bukan petir yanng menyambar desa hanya suara mengelegar Bureg, dia adalah sumber informasi di desa ini. Dan suara itu menyelamatkan Klenting Kuning dari iamukan kakaknya. Klenting Kuning pun menjauh dari Kakaknya yang sibuk mendengar berita yang dibawakan Bureg. Sedikit penasaran juga, Klenting Kuning pun mendengar sembunyi-sembunyi.
“Ah, Begitukah? Pria tertampan di Desa Dadapan mencari istri?” Teriak kedua kakaknya.
Terjawab sudah rasa penasaran Klenting Kuning. Ia tak tertarik sama sekali dengan hal itu. Semua itu sama sekali tak ada hubungannya dengan dirinya. Ia pun segera kembali ke hutan. Mencoba menyegarkan kepenatan yang telah menumpuk di dalam pikirannya. Ia akan bahagia jika ia mendengar nyanyian hutan. Entah mengapa gesekan daun saja sudah menjadi suara ninabobo