“Bukankah ini semua tidak berarti?” Tanya Fatma.
Rumi hanya memandang kotak ditangannya. Kemudian kembali memandang Fatma.
“Fat, bagi Rumi kotak ini berharga. Punya banyak arti buat Rumi.” jawab Rumi.
“Apa isinya?” Tanya fatma.
“Sesuatu yang kusebut buku harian dan sebuah rahasia,” jawab Rumi.
***
“Ana! Sudah berapa kali kamu terlambat hah?” Tanya Bu Enik.
Ana cuma bisa menutup mulut dan matanya. Berharap jika dia diam semua akan baik-baik saja.
“Baiklah sebagai hukumannya kamu harus membantu petugas perpustakaan selama seminggu!”
Seketika itu mata Ana yang hanya diam memelik. Seakan tak percaya apa yang menimpanya.
***
“hatching!”
Debu-debu melayang dengan liar. Menggelitik hidung Ana yang tengah membersihkan buku-buku lama.
‘Argh! Kenapa aku harus di sini? Bersama buku-buku usang seperti ini? aku memang kurang beruntung hari ini!’ batin Ana.
Ketika tengah memersihkan buku, suara bel membuat ana bersemangat mengemasi barangnya. Segera ia beralih dari rak menuju meja tempat tas dan buku bukunya berserakan. Tanpa memperhatikan buku buku yang di ambilnya dia segera kembali pulang, mungkin bau buku sudah membuatnya mual.
***
“Ahhhh…. Capek banget!!!!! Jadi pengurus perpus? Apa enggak salah tuh? Bisa gila aku! Aku kan cuma doyan komik!” gerutu Ana. Setelah berdiam diri, mungkin sudah lelah untuk menggerutu. Ana mengahmpiri mejanya, membongkar isi tasnya. Ketika mulai mengembalikan kembali bukunya ke rak, Ana melihat buku asing yang tiba-tiba ada didalam tasnya.
“Apa ini?” gumam Ana.
Bingung dengan yang di lihatnya. Buku usang seperti itu rasanya tak pernah dia miliki.
Sepeti selayaknya seseorang yang penasaran, dia membuka buku itu. Dengan cuek di bacanya halaman pertama. Hingga tak terasa Ana sudah terlarut membaca buku itu. Entah apa yang membuatya tertarik dengan buku usang tua itu.
Terang bulan temani malam ana. Membaca kisah yang tak sengaja bisa sampai di tangannya.
***